Achi.chii
Minggu, Oktober 23, 2011
MY LOVELY FAMILY
It's my lovely parents... :*
My fathers name : Abdul Jalil
My mothers name : Tati Hartati
panggilan ibu di keluargaku adalah "mamah" sedangkan untuk ayah adalah "apa". mereka orang tua yang paling baik di seluruh dunia, bahkan di seluruh jagad raya.. hhaha mungkin memang terlihat sangat geli.. tp memang, aku sangat bangga punya orang tua seperti mereka.
apa ku orangnya sangat sangat bertanggung jawab.. sungguh dia AYAH TERBAIK untukku.. bertanggung jawab, wise, good man banget deh...
ayahku selalu mengajarkanku untuk selalu bersemangat dalam menjalani hidup, jangan mudah putus asa.
TO BE CONTINU
Jumat, Juli 08, 2011
manual operation oscilloscope GW INSTEK model gos 635g
Nim : 0905914
Jurusan : S-1 Pendidikan Teknik Elektro
tanggal : 25 June 2011
Tugas Praktikum Elesktronika Dasar
PETUNJUK PENGOPERASIAN
OSCILLOSCOPE GW INSTEK (GOS-635G)
Figure 1 Oscilloscope GOS 635g
1. PENGENALAN PANEL DEPAN
a) CRT:
POWER……………… (9)
Saklar power utama pada instrument . ketika saklar ini dinyalakan, maka LED (8) juga nyala.
INTEN…………………(2)
Pengontrol keterangan pada bintik atau trace.
FOCUS…………………(4)
Untuk memfokuskan trace pada tampilan yang lebih tajam.
TRACE ROTATION……….(5)
Potensiometer semi tetap / paten untuk meluruskan trace horizontal dalam keadaan parallel dengan garis graticule.
FILTER ………………….(42)
Untuk memfilter ketenangan pada bentuk gelombang.
b) Vertical Axis :
CH1 (X) input………..(12)
Terminal input vertical pada CH1. ketika pengoperasian pada X-Y, terminal input sumbu X.
CH2 (Y) input………..(16)
Terminal input vertical pada CH2. ketika pengoperasian pada X-Y, terminal input sumbu Y.
AC-DC-GND…………….(11)(15)
Saklar untuk mengganti mode hubungan antar sinyal dan amplifier vertical.
AC : pengendali / coupling AC
DC : pengendali / coupling DC
GND : input amplifier vertical digroundkan dan terminal-terminal
input diputus.
VOLTS/DIV….(10)(14)
Memilih kepekaan sumbu vertical dari 1m volts/div sampai 5 volt/div dalam jangkauan sebanyak 12.
VARIABLE………….(13)(17)
Pengaturan kepekaan / skala yang lebih baik /normal dengan factor ≥1/2.5 pada nilai yang diindikasikan. Ketika dalam posisi CAL, sensitifitas di kalibrasi untuk nilai yang diindikasikan.
POSITION……………(40)(37)
Pengendali posisi vertical trace atau titik.
VERT MODE ………(39)
Memilih mode pengoperasian pada penguat CH1 dan CH2.
CH1 : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran tunggal
dengan CH1 saja.
CH2 : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran tunggal
dengan CH1 saja.
DUAL : pengoperasian osioloskop sebagai alat saluran ganda
yaitu CH1 dan CH2. CHOP/ALT secara otomatis diubah oleh tombol TIME/DIV (18). Ketika tombol CHOP (41) ditekan,dua trace ditampilkan pada mode CHOP di semua jangkauan.
ADD : osioloskop menampilkan penjumlahan secara aljabar
(CH1+CH2) atau selisih (CH1-CH2) pada dua sinyal. Tekan pada tombol bagian CH2 INV (36) untuk selisih (CH1-CH2).
c) Triggering :
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input……….(23)
Terminal input digunakan pada umumnya untuk sinyal trigger external dan sinyal horizontal external. Untuk menggunakan terminal ini, atur tombol SOURCE (26) pada posisi EXT.
SOURCE……(26)
Piih pembangkit sinyal sumber unternal dan sinyal input EXT HOR.
CH1(X-Y) : ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL
atau ADD, pilih sinyal CH1 untuk pembangkit sinyal sumber internal. Ketika dalam mode X-Y, pilih CH1 untuk sinyal sumbu X.
CH2 : ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL
atau ADD, pilih sinyal CH2 untuk pembangkit sinyal sumber internal.
TRIG.ALT(24): ketika saklar VERT MODE diset pada DUAL
atau ADD dan saklar SOURCE(26) diatur CH1 dan CH2 dengan pemakaian saklar TRIG.ALT (24), ini akan memilih alternative CH1 dan CH2 untuk pembangkit sinyal sumber internal.
LINE : untuk memilih sinyal frekuensi garis power AC
sebagai pembangkit sinyal.
EXT : sinyal eksternal diaplikasikan melalui EXT TRIG
(EXT HOR) terminal input digunakan untuk pembangkit sumber sinyal eksternal. Ketika X-Y, mode EXT HOR, sumbu X beroperasi dengan sinyal penyapu eksternal.
COUPLING…………….(25)
Pilih mode COUPLING diantara pembangkit sumber sinyal dan rangkaian penggerak, pilih hubungan rangkaian penggerak sinkronisasi TV.
AC : AC coupling
DC : DC coupling
HF REJ : hilangkan sinyal komponen diatas 50kHz(-3dB).
TV : penggerak sirkuit yang dihubungkan pada
sinkronisasi TV separator sirkuit dan sinkronisasi. Penyapuan yang digerakkan dengan TV-V atau TV-H sinyal pada rangkaian terpilih oleh saklar TIME/DIV.
SLOPE……….(22)
Pilih penggerak slope:
"+" : pemicuan terjadi ketika sinyal picu bersilangan dengan
tingkat pemicuan pada arah positif.
"-" : pemicuan terjadi ketika sinyal picu bersilangan dengan
tingkat pemicuan pada arah negatif.
LEVEL…..(30)
Untuk menampilkan gelombang stasioner yang disinkronkan dan diset titik awal untuk gelombang.
Toward "+" : level pemicuan berpindah keatas pada tampilan
gelombang.
Toward "-" : level pemicuan berpindah kebawah pada tampilan
gelombang.
LOCK(29) : level pemicuan diatur secara otomatis pada nilai
optimal pada amplitude sinyal (dari amplitude yang sangat kecil sampai yang yang paling besar),tidak dibutuhkan pengaturan secara manual pada tingkat pemicuan.
HOLDOFF…(31)
Digunakan ketika gelombang sinyal merupakan pemicuan yang komplek dan stabil tidak bisa dicapai dengan saklar LEVEL itu sendiri.
TRIGGER MODE ……(28)
Pilih mode pemicuan yang diinginkan.
AUTO : ketika tidak ada sinyal picu yang diaplikasikan atau ketika frekuensi sinyal picu kurang dari 50Hz, sweep berjalan pada mode free running.
NORM : ketika tidak ada sinyal picu yang diaplikasikan, penyapuan akan digunakan dan trace tidak muncul. Digunakan secara utama untuk sinyal observasi kurang dari atau sama dengan 50 Hz.
d) Time Base
TIME /DIV…..(18)
Pilihlah waktu penyapuan pada sweep A. (sweep A dan B pada umumnya hanya untuk 658G, B TIME/DIV < A TIME/DIV)
SWP.VAR……….(21)
Control vernier pada waktu sweep. Ketika tombol SWP.UNCAL(19) ditekan, waktu sweep akan dibuat lebih lambat oleh factor ≥ 2.5 pada nilai yang diindikasikan. Nilai yang diindikasikan dikalibrasi ketika tombol ini tidak ditekan.
POSITION…………(34)
Control posisi horizontal pada trace atau titik.
X 10 MAG…….(33)
Ketika tombol ditekan, perbesaran 10 kali terjadi.
X-Y…………..(27)
Tekan tombol X-Y untuk mengaktifkan pengoperasian X-Y.
e) Others
CAL………..(1)
Terminal ini memberikan tegangan pengkalibrasian pada 2 Vp-p, 1kHz, gelombang kotak positif. Resistansi keluaran sekitar 2k ohm diperlihatkan pada halaman 5 tentang teknik spesifikasi untuk toleransi.
GND………..(20)
Terminal ground pada panel utama osioloskop.
2. PENGENALAN PANEL BELAKANG
Z AXIS INPUT………(45)
Terminal input untuk sinyal modulasi intensitas eksternal
CH1 SIGNAL OUTPUT…..(46)
Mengirim sinyal CH1 dengan tegangan kira-kira 100mV per 1 DIV graticule. Ketika diakhiri dengan 50 ohm, sinyal dilemahkan sekitar 1.5. cocok untuk penghitungan frekuensi rangkaian input power AC
konektor input power AC…..(47)
soket input power AC. Hubungkan kabel power AC ke konektor ini
FUSE dan pilihan saluran tegangan…..(48)
Rating fuse ditunjukan pada halaman 7. pilihan saluran tegangan : untuk memilih sumber daya
Studs………(49)
Studs untuk meletakkan osiloscope pada bagian belakangnya untuk mengoperasikannya pada posisi berdiri. Juga digunakan untuk mengangkat kabel power.
3. OPERASI DASAR
Sebelum menghubungkan kabel power ke saluran tegangan AC, yakinkan bahwa tombol tegangan input saluran AC pada posisi belakang dari instrument diset secara benar untuk tegangan saluran AC. Setelah menyakinkan setting tegangan, set tombol dan control dari instrument yang ditunjukkan dibawah ini
Item | No | Setting |
POWER | (9) | Posisi lepas (OFF) |
INTEN | (2) | Searah jarum jam (posisi jam 3) |
FOCUS | (4) | Posisi tengah |
VERT MODE | (39) | CH1 |
CHOP | (41) | Bebas |
CH 2 INV | (36) | Bebas |
POSITION | (40)(37) | Posisi tengah |
VOLTS/DIV | (10)(14) | 0.5 V/DIV |
VARIABLE | (13)(17) | CAL (posisi searah jarun jam) |
AC-DC-GND | (11)(15) | GND |
SOURCE | (26) | Set ke CH1 |
COUPLING | (25) | AC |
SLOPE | (22) | + |
TRIG ALT | (24) | Bebas |
LEVEL LOCK | (29) | Tekan |
HOLD OFF | (31) | MIN (berlawanan arah jarum jam) |
TRIGGER MODE | (28) | AUTO |
TIME/DIV | (18) | 0.5 sec/DIV |
SWP. UNCAL | (19) | Bebas |
POSITION | (34) | Posisi tengah |
x10 MAG | (33) | Bebas |
X-Y | (27) | Bebas |
Setelah menyeting tombol dan control yang disebutkan, hubungkan kabel power ke saluran AC, dan kemudian, lanjutkan berikut ini :
1) Gunakan tombol POWER dan yakinkan power LED hidup.kira-kira 20 sec, jejak akan muncul pada layar CRT. Jika tidak ada jejak yang muncul dalam 60 sec, cek tombol dan seting control.
2) Atur jejak ke gambar dan kecerahan yang tepat dengan control INTEN dan control focus secara berturut-turut.
3) Luruskan jejak dengan garis pusat horizontal dari graticule dengan menyesuaikan control CH1 POSITION dan control TRACE ROTATION (disesuaikan dengan obeng).
4) Hubungkan probe ke terminal CH1 INPUT dan gunakan sinyal CALIBRATOR 2Vp-p ke ujung probe
5) Set tombol AC-DC-GND ke bagian AC. Gelombang ditunjukan pada figure 4-3 akan ditampilkan pada layar CRT
6) Cocokkan control FOCUS sehingga gambar jejak akan muncul tajam.
7) Untuk melihat sinyal. Set tombol VOLTS/DIV dan tombol TIME/DIV ke posisi yang cocok sehingga gelombang sinyal ditampilkan secara jelas
8) Cocokkan kontrol POSITION dan POSITION ke posisi yang tepat sehingga tampilan gelombang akan lurus dengan graticule dan tegangan (Vp-p) dan periode (T) bisa di baca dengan suka cita.
di atas adalah prosedur operasi dasar dari osiloskope. Prosedur diatas adalah untuk operasi single-chaneldengan CH1. operasi single-chanel dengan CH2 bisa juga dilakukan dengan cara yang sama.
Metode operasi yang lebih jauh lagi akan dijelaskan pada paragraph berikutnya.
4. PENGOPERASIAN DUAL CHANNEL
Ganti tombol VERT MODE ke posisi DUAL sehingga trace (CH 1) juga ditampilkan (penjelasan pada bagian prinsip kerja pada CH1), prinsip kerja bagian ini, trace CH1 merupakan gelombang kotak pada sinyal calibrator dan trace CH2 merupakan garis lurus selam tidak ada sinyal yang diberikan ke chanel ini.
Sekarang, berikan sinyal kalibrasi ke terminal input vertical pada CH2 dengan probe seperti pada kasus CH1. Atur tombol AC-DC-GND pada posisi AC. Aturlah POSITION vertical (40) dan (37) sehingga sinyal kedua chanel ditampilkan seperti figure 4-4.
Ketika pengoperasian dua chanel ini (mode DUAL atau ADD), sinyal CH1 dan CH2 harus dipilih untuk sinyal sumber pemicu oleh rata-rata pada tombol SOURCE. Jika kedua tombol CH1 dan CH2 dihubungkan secara sinkron, kedua gelombang dapat ditampilkan secara stasioner, jika tidak, hanya sinyal tersebut yang dipilih oleh tombol SOURCE dapat di stasionerkan. Jika tombol TRIG.ALT dilepas, kedua gelombang dapat di stasionerkan (tidak menggunakan tombol sinyal sumber pemicu "CHOP" dan "ALT" pada waktu yang sama).
Pemilihan mode CHOP dan mode ALT dibuat secara otomatis oleh tombol TIME/DIV yang ditunjukkan pada gambar 4-5. 5msec/DIV dan range yang lebih rendah digunakan pada mode CHOP dan 2msec/DIVdan range lebih tinggi digunakan pada mode ALT.
Ketika tombol CHOP dilepas, dua trace pada pengoperasian CHOP pada semua range. Pengoperasian CHOP mempunyai prioritas lebih dari pengoperasian ALT.
5. PENGOPERASIAN ADD
Sebuah penjumlahan secara aljabar pada sinyal CH1 dan CH2 dapat ditampilkan pada layar oleh pengaturan pada tombol VERT MODE untuk posisi ADD. Sinyal yang ditampilkan adalah selisih antara sinyal CH1 dan CH2 jika tombol CH2 INV di lepas.
Untuk akurasi penambahan atau subtraksi, itu merupakan syarat bahwa kepekaan pada dua chanel diatur secara akurat pada nilai yang sama oleh rata-rata pada knob VARIABEL. Posisi vertical dapat dibuat dengan knob POSITION pada chanel yang sama. Pada kenyataannya kelinearan pada penguat vertical, itu merupakan keuntungan untuk mengeset knob pada posisi tengahnya.
6. PENGOPERASIAN X-Y DAN PENGOPERASIAN EXT HOR
Ketika tombol TIME/DIV diset pada posisi X-Y/EXT HOR, rangkaian sweep internal diputus dan trace pada arah horizontal dijalankan oleh sinyal yang dipilih oleh tombol SOURCE. Ketika tombol SOURCE diset keposisi CH1 X-Y, osioloskop beroperasi sebagai sebuah bidang X-Y dengan sinyal CH1 untuk sumbu X, ketika diset keposisi EXT, osioloskop beroperasi pada mode EXT HOR (sweep eksternal).
7. PENGOPERASIAN X-Y
Pengoperasian X-Y adalah dengan CH1 sebagai sumbu X dan CH2 sebagai sumbu Y. lebar pulsa pada sumbu X menjadi DC untuk 1MHz(-3dB) dan control POSITION horizontal digunakan secara langsung sebagai control POSITION sumbu X. untuk sumbu Y, CH2(X-Y) seharusnya dipilih oleh tombol VERT MODE.
8. PENGOPERASIAN EXT HOR (SWEEP EKSTERNAL)
Sinyal eksternal yang diberikan melalui terminal EXT HOR (23) berjalan pada sumbu X. sumbu Y dengan banyak chanel seperti dipilih oleh tombol VERT MODE. Ketika mode DUAL dipilih oleh tombol, kedua sinyal CH1 dan CH2 ditampilkan pada mode CHOP.
9. TRIGGERING
Pemicuan sebenarnya adalah hal-hal yang penting untuk pengoperasian yang efisien pada sebuah osioloskop. Pengguna harus megenal secara menyeluruh fungsi dan prinsip kerja pemicuan.
(1) Fungsi pada tombol SOURCE
sinyal yang ditampilkan itu sendiri atau sebuah sinyal picu yang mempunyai hubungan waktu dengan sinyal yang ditampilkan dibutuhkan untuk dibrikan ke rangkaian pemicu untuk menampilkan sinyal stasioner pada layar CRT. Tombol SOURCE digunakan untuk pemilihan seperti sumber pemicuan.
CH1 : metode pemicu internal yan digunakan paling umum
CH2 : sinyal yang diberikan untuk terminal input vertical
dimatikan pada cabang penguat depan dan diumpankan ke rangkaian pemicu melalui tombol VERT MODE. Sejak sinyal pemicuan merupakan sinyal yang diukur oleh dirinya sendiri, gelombang yang stabil siap ditampilkan pada layar CRT. Ketika pada pengoperasian DUAL atau ADD, sinyal dipilih oleh tombol SOURCE yang digunakan sebagai sinyal sumber pemicuan.
LINE : sinyal frekuensi garis AC digunakan sebagai sinyal
pemicuan. Cara ini efektif ketika sinyal yang diukur mempunyai hubungan dengan frekuensi garis AC, khusunya untuk pengukuran pada noise AC level rendah peralatan audio, rangkaian thyristor dan sebagainya.
EXT : sweep dipicu dengan sinyal eksternal yang diberikan ke
terminal input pemicu eksternal. Sinyal eksternal yang mempunyai sebuah hubungan periode dengan respon ke sinyal yang diukur yang digunakan. Selama sinyal ini tidak digunakan sebagai sinyal pemicuan, gelombang ditampilkan lebih bebas daripada sinyal yang diukur.
Fungsi pemilihan sinyal sumber pemicuan diatas adalah ditunjukkan secara kolektif oleh table dibawah ini.
VERT MODE SOURCE | CH1 | CH2 | DUAL | ADD |
CH1 | Dipicu oleh sinyal CH1 | |||
CH2 | Dipicu oleh sinyal CH2 | |||
ALT | Secara alternative Dipicu oleh sinyal CH1 dan CH2 | |||
LINE | Dipicu oleh sinyal LINE | |||
EXT | Dipicu oleh sinyal input EXT TRIG |
(2) Fungsi tombol COUPLING
tombol ini digunakan untuk pemilihan penggabungan pada sinyal pemicuan ke rangkaian pemicu sesuai dengan karakteristik pada sinyal yang diukur.
AC : Coupling ini untuk pemicuan AC yang digunakan paling
umum. Seperti sinyal pemicuan yang diberikan ke rangkaian pemicu melalui rangkaian coupling AC, pemicuan yang stabil bisa dicapai tanpa di buat-buat oleh komponen DC pada sinyal input. Range yang rendah memotong frekuensi 10Hz (-3dB).
Ketika mode pemicu ALT digunakan dan kecepatan sweep lambat, kerlipan kemungkinan dihasilkan. Dalam sebuah kasus, menggunakan mode DC.
HF REJ : sinyal pemicuan yang diumpankan kerangkaian pemicu
melalui rangkaian coupling AC dan low pass filter (kira-kira 50 kHz,-3dB). Komponen yang lebih tinggi pada sinyal pemicu ditolak dan hanya komponen yang lebih rendah diberikan ke rangkaian pemicu.
TV : coupling ini untuk pemicuan TV, untuk observasi pada
sinyal video TV. Sinyal pemicuan dicoupling AC dan diumpankan melalui rangkaian pemicuan ke rangkaian separator sinkron TV. Rangkaian separator menjadika sinyal sinkron, yang digunakan sweep pemicu. Jadi sinyal video bisa ditampilkan secara stabil. Dihubungkan ke tombol TIME/DIV, kecepatan sweep dipilih untuk TV-V dan TV-H seperti dibawah:
TV-V : 0.5 s – 0.1 ms
TV-H : 50 µs – 0.1 µs
Tombol SLOPE seharusnya diset untuk menyesuaikan ke sinyal video seperti gambar 4-8.
DC : sinyal pemicuan di coupling DC ke rangkaian pemicu.
Mode ini digunakan ketika pemicuan diinginkan dengan komponen DC pada sinyal pemicuan atau ketika sinyal dengan frekuensi yang sangat rendah atau sinyal dengan perbandingan duty cycle diperlukan untuk ditampilkan.
(3) Fungsi pada tombol SLOPE
tombol ini memilih slope (polaritas) pada sinyal pemicuan seperti gambar 4-9.
"+" : ketika pengesetan pada posisi "+", pemicuan terjadi seperti sinyal
pemicuan yang bersilangan dengan tuas pemicuan pada arah positif.
"-" : ketika pengesetan pada posisi "-", pemicuan terjadi seperti sinyal
pemicuan yang bersilangan dengan tuas pemicuan pada arah negatif.
(4) Fungsi pada control LEVEL (LOCK) :
fungsi pada control ini adalah untuk mengatur tingkat pemicuan dan menampilkan bentuk stasioner. Seketika, sinyal pemicuan yang telah bersilangan dengan tingkat pemicuan yang diset oleh control tersebut, sweep dipicu dan gelombang ditampilkan pada layar. Tingkat pemicu berubah kearah positif (keatas) seperti knob control ini diputar searah jarum jam, dan itu berubah kearah negative (kebawah) seperti knob diputar berlawanan dengan arah jarum jam. Perubahan karakteristik ditunjukkan pada gambar 4-10.
LEVEL LOCK : Ketika tombol LEVEL LOCK dilepas, tingkat
pemicuan secara otomatis dijaga dalam keadaan amplitudo pada sinyal pemicuan, dan pemicuan yang stabil dibuat tanpa membutuhkan tingkat pengaturan (meskipun kerlipan tidak mungkin didiamkan dengan mode ALT). fungsi level lock otomatis ini adalah efektif ketika amplitude sinyal pada layar atau tegangan input pada sinyal pemicuan eksternal adalah dalam jangkauan dibawah ini :
635G :
50 Hz-5MHz : 1.0 DIV (0.15V ) atau kurang
5M Hz-20MHz : 2.0 DIV (0.25V ) atau kurang
(5) Fungsi pada control HOLD OFF
ketika sinyal yang diukur merupakan bentuk gelombang yang komplek dengan dua atau banyak frekuensi pengulangan (periode) , pemicuan dengan yang disebutkan diatas control LEVEL itu sendiri mungkin tidak cukup untuk mencapai sinyal gelombang yang stabil. Dalam sebuah kasus, sweep dapat disinkronkan dengan stabil kebentuk gelombang sinyal yang diukur oleh pengaturan waktu HOLD OFF (waktu tunda sweep) pada gelombang sweep. Control ini menutupi waktu sweep penuh satuan terkecil untuk sweep tercepat daripada 0.2 s/DIV.
Figure 4-11 (a) menunjukkan bentuk gelombang berbeda yang tumpang tindih pada layar, membuat pengamatan sinyal gagal ketika HOLD OFF tombol dalam keadaan MIN.
Figure 4-11(b) menunjukkan bagian yang tidak diinginkan dari sinyal menahan. Bentuk gelombang yang sama ditampilkan pada layar tanpa tumpang tindih.
10. PEMBESARAN SWEEP
Ketika bagian tertentu pada gelombang yang ditampilkan diperlukan untuk diperluas, kecepatan sweep yang lebih cepat mungkin digunakan. Bagaimanapun, jika porsi yang dibutuhkan adalah bagian dari titik awal pada sweep, porsi yang dibutuhkan mungkin mematikan layar CRT. Dalam kasus ini, tekan tombol 10MAG.
Ketika ini dilakukan, gelombang yang ditampilkan akan diperluas 10 kali ke kanan dan kekiri dengan posisi tengah pada layar sebagai pusat perluasan.
Waktu sweep selama pengoperasian pembesaran ditunjukkan dibawah ini :
(nilai yang diberikan oleh tombol TIME/DIV)x 1/10
Jadi, kecepatan sweep maksimum pengecilan (o.1µs/DIV) dapat dinaikkan dengan pembesaran dibawah ini :
0.1µs/DIV x 1/10 =10 µs/DIV
Ketika sweep diperbesar dan kecepatan sweep diatas 0.1 µs/DIV, trace akan menjadi lebih gelap. Dalam kasus ini,gelombang yang ditampilkan seharusnya diperbesar dalam mode sweep B seperti yang akan dijelaskan paragraph berikutnya.
11. PENGKALIBRASIAN PADA PROBE
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, probe membuat sebuah peredam dengan range yang lebar. Kecuali kalau, kompensasi fasa dilakukan dengan baik, gelombang yang ditampilkan disimpangkan menyebabkan terjadi error pada pengukuran. Oleh karena itu, probe harus dikompensasi dengan baik sebelum digunakan.
Hubungkan BNC probe ke terminal input pada CH1 atau CH2 dan aturlah tombol VOLTS/DIV pada 50 mV. Hubungkan ujung probe ke terminal output tegangan pengkalibrasian dan atur trimmer kompensasi pada probe untuk gelombang kotak maksimum (overshot minimum, pembulatan dan kemiringan).